Bangunanbangunan masjid di Indonesia terbilang unik karena memadukan berbagai budaya yang saling mempengaruhi atau disebut sebagai akulturasi. Dirangkum detikTravel dari berbagai sumber, Selasa (28/4/2020) inilah sejumlah masjid di Indonesia yang mencerminkan akulturasi pada bangunannya. 1. Masjid Agung Demak. Foto: (Kurnia/detikTravel)
Sosiologi Info - Apa saja ya Contoh Akulturasi Kebudayaan Hindu, Budha, Islam di Masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari hari ?Nah untuk menjawab pertanyaan diatas, mari simak penjelasan dibawah ini perihal topik contoh akulturasi budaya di Indonesia. Yuk baca Sekilas Penjelasan AkulturasiApa sih Akulturasi? Apakah akulturasi juga bisa terjadi antara agama yang satu dengan yang lain? Akhir-akhir ini lagi banyak yang bingung nih sama dua pertanyaan diatas? Usut punya usut rupanya konsep akulturasi itu bukan hanya konsep belaka. Tapi masyarakat kini hendak memastikan apakah akulturasi bisa terjadi juga pada agama. Robert Redfield, Ralph Linton, dan Melville J. Herskovits yang merupakan anggota subkomite tentang akulturasi yang ditunjuk Dewan Penelitian Ilmu Sosial Amerika Serikat the Social Science Research Council.Mendefenisikan akulturasi sebagai fenomena yang timbul ketika kelompok-kelompok individu yang berbeda budaya berhubungan langsung dan timbul perubahan pada budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut Mulyana dan Rakhmat, 2001.Definisi tersebut setidaknya menggambarkan konsep akulturasi yang mudah untuk dipahami. Namun memang dalam disiplin sosiologi dan antropologi terjadi perdebatan antara makna akulturasi dan asimilasi. Meskipun secara teoritis dapat ditemukan suatu perbedaan tetapi pada konteks paling luar dan secara keduanya justru merujuk pada suatu interaksi antar kebudayaan sehingga mengalami perubahan baik minimal maupun Romli 2015 makna dan posisi akulturasi dalam konteks relasi antar etnik semakin jelas ketika mengemukakan makna asimilasi. Asimilasi merupakan pembauran kebudayaan sehingga terjadi suatu kebudayaan baru. Kim dalam Romli, 2015 mengatakan derajat tertinggi dalam akulturasi merupakan asimilasi. Agama dalam kajian sosiologi juga bersinggungan dengan unsur sosial lain yakni budaya. Oleh karenanya agama juga mampu mengalami akulturasi. Namun sejauh ini memang asimilasi agama selalu ditentang. Misalnya baru-baru ini ada ajaran Agama merupakan kumpulan dari beberapa agama monoteisme yang didalam ajarannya terdapat sosok atau figur abraham atau ibrahim. Terlepas dari itu, akulturasi agama-agama dalam persoalan budaya atau tata kehidupan dapat dengan mudah kita temukan di Indonesia. Sebagai negara yang multietnis dan multireligi, Indonesia tak bisa dengan mudah meredam gejolak konflik perbedaan. Hal ini wajar dan telah terjadi ribuan tahun lalu. Tapi kehadiran tokoh-tokoh dalam sejarah membuktikan perbedaan masyarakat satu dengan yang lain dapat diselesaikan dengan cara akulturasi. Islam, Hindu, dan Budha merupakan agama-agama yang mula-mula masuk ke bumi nusantara. Mereka ini membawa ajaran yang bersentuhan dengan kebudayaan asli pribumi bahkan juga saling bersentuhan antar agama. Nah apa saja contohnya?Contoh Akulturasi Hindu Budaya atau Kebudayaan Hindu, Budha, Islam1. Atap dan Menara Masjid berbentuk tumpang Kalau kita baca sejarah, atap masjid bentuk kubah yang baru hadir sekitar abad ke 18. Awalnya para penyebar Islam khususnya dipulau terlalu kaku dalam menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka membangun mesjid seperti rumah dan masa itu yang mana atap masjid berbentuk tumpang bersusun sehingga terlihat berundak. Padahal bentuk tumpang mulanya dikembangkan orang-orang Hindu. Misalnya pada Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, dan lain-lain. Selain Atap, menara Masjid juga terpengaruh oleh Agama pada saat itu mendominasi pulau Jawa dan Bali. Banyaknya bangunan candi yang dikunjungi sebagai pusat peribadatan dengan pernak-pernik eksentrik membuat Sunan Kudus berinisiatif mendirikan menara dengan bentuk candi pada saat itu populer berserta dinding dan “gapura candi bentar” yang mirip dengan tempat peribadatan umat Hindu. Walhasil kini Islam ikut berkembang pesat. 2. Membangun Makam Didalam Islam membangun makan seperti bangunan atau menyemennya atau bahkan memasangkan kijing diatasnya sebenarnya tidak memiliki riwayat khusus. Namun perkembangan Islam di Jawa membuat para Sunan atau Wali Songo memutar otak untuk memudahkan masyarakat yang memeluk tidak terkejut dengan perubahan total. Maka akhirnya banyak makam yang semula hanya bendungan tanah diperbolehkan untuk dibatasi papan atau batu bata lantas diberi nisan atau ukiran kaligrafi. 3. Wayang, Tembang, dan SastraMasyarakat Jawa senang dengan hiburan di malam hari. Ketimbang mereka mabuk dan main perempuan atau melakukan tindakan lain dalam falsafah mo sunan Bonang menghiburkan mereka dengan permainan wayang dan tembang yang didalamnya disusupi ajaran Islam dan nama-nama wayangnya disesuaikan dengan epik Hindu, seperti Kresna, Arjuna, Yudhistira, dll. 4. Kalender Taukah teman-teman pembaca bahwa sistem penanggalan juga hadir dalam akulturasi Hindu Islam. Pernah dengan Jumat Kliwon bulan Purnama, lebih rinci lagi kalau pernah mendengar 1 Suro? Hal ini terjadi karena disatukannya hari dalam Hindu Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon dan penanggalan Islam yang dihitung berdasarkan Bulan. Bahkan karena akulturasi ini nama bulan-bulan Jawa diserap dari dua ajaran agama ini. 5. Ajaran KejawenSebenarnya lebih dekat pada contoh asimilasi, tetapi masyarakat yang menganut paham kejawen tetap mengakui Islam atau Hindu sebagai agamanya. Jadi mereka tak mengakui Kejawen sebagai agama melainkan sebagai ajaran yang tak terpisahkan dari agama yang mereka contoh diatas, teman teman juga bisa melihat beberapa contoh dibawah ini sebagai tambahan referensi, yaitu sebagai berikut 1. Adanya bangunan arsitektur pada Masjid Demak2. Adanya sastra berupa Babad Tanah Jawa3. Adanya kesenian wayang4. Adanya makam Raja Raja Islam Mataram yang berada di Komplek Makam Imogiri5. Adanya Ilmu Tasawut6. Adanya seni ukir misalnya seperti pada kaligrafi di bangunan Kraton Yogyakarta7. Adanya Kitab Suluk8. Adanya seni pahat dan ukir pada gapura yang sering kita lihat di lingkungan masyarakat9. Selanjutnya, pada pemerintahan dengan menggunakan sistem seperti yang dilakukan oleh Hindu Buddha dengan kepala pemerintahan bergelar Dimana untuk kalender yang dibuat oleh Sultan agung dengan mengadaptasi dari kalender hijriah dengan kalender jawa. Nah itulah sekilas penjelasan dalam memahami topik materi tentang 15 Contoh Akulturasi Kebudayaan Hindu, Budha, Islam di Masyarakat Indonesia. Penulis Artikel oleh Sandewa Jopanda, Alumnus Sosiologi Universitas Riau UNRISumber Referensi Bacaan Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat ed.. 2001. Komunikasi Antarbudaya. Bandung PT. Remaja K. 2015. Akulturasi Dan Asimilasi Dalam Konteks Interaksi Antar Etnik. Ijtimaiyya Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 81,
ContohAkulturasi Budaya Masyarakat di Nusantara dengan Ajaran Islam di Indonesia. Beberapa contoh tradisi yang merupakan bentuk akulturasi Islam dengan budaya lokal di Nusantara, khususnya di Jawa antara lain tradisi kenduri atau kenduren untuk mendoakan arwah orang yang sudah meninggal dunia. Kenduri ini sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha di
- Islam masuk ke Jawa melalui perdaganagn di kota-kota pelabuhan. Islam mulai dikenal di Pulau Jawa diperkirakan pada abad ke- 11 hingga 12 Masehi. Persebaran agama Islam di Pulau Jawa tidak bisa lepas dari peran Wali Songo. Ketika Sunan Kalijaga mengembangkan Kota Demak menjadi pusat perkembangan agama Islam, Sunan Kudus memutuskan berpisaj dan menyebarkan ajaran Islam di Kota dengan berkembangnya Kota Demak, Kota Kudus juga berkembang. Ajaran Islam diterima dengan mudah oleh masyarakat karena memberikan toleransi terhadap kebudayaan Hindu-Buddha dan animisme. Dalam buku Sejarah Peradaban Islam di Kudus 204 oleh Roes, Kota Kudus merupakan ibukota Kabupaten Kudus dengan luas sekitar 422,21 kilometer persegi. Baca juga Masjid Agung Banten, Materi Belajar dari Rumah TVRI 27 April SMP Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak lepas sari peran Sunan Kudus sebagai pendiri dan pemrakarsa. Sunan Kudus memiliki cara yang bijaksana dalan Kudus menggunakan pendekatan fabian, yaitu menyesuaikan diri, menyerap, bersikap pragmatis, dan menempuh cara dengan melakukan kompromi parsial dengan semangat toleransi terhadap nilai-nilai budaya warga setempat yang kebanyakan memeluk agama Hindu. Salah satu sikap toleransi yang diajarkan Sunan Kudus yaitu pantang menyembelih sapi dan memakan dagingnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghormati warga masyarakat yang memelik agama Hindu. Bahkan sampai saat ini,masyarakat Kudus mengganti daging sapi dengan daging kerbau atau ayam. Baca juga Peninggalan Sejarah Kerajaan Cirebon Bentuk akulturasi budaya Masjid Menara Kudus tampak berbeda jika dibandingkan dengan masjid-masjid pada umumnya. Keunikan tersebut terlihat dari bangunan menara yang ada di sebelah tenggara masjid. Menara yang tersusun dari batubata merah tersebut meyerupai Nale Kulkul atau bangunan penyimpan kentongan di Bali. Melalui karakteristik inilah, Masjid Menara Kudus mencerminkan sikap tenggang rasa atau toleransi yang sudah ada sejak dahulu.
KS81. r55qx235ht.pages.dev/309r55qx235ht.pages.dev/583r55qx235ht.pages.dev/886r55qx235ht.pages.dev/947r55qx235ht.pages.dev/634r55qx235ht.pages.dev/579r55qx235ht.pages.dev/316r55qx235ht.pages.dev/405r55qx235ht.pages.dev/655r55qx235ht.pages.dev/470r55qx235ht.pages.dev/895r55qx235ht.pages.dev/537r55qx235ht.pages.dev/909r55qx235ht.pages.dev/63r55qx235ht.pages.dev/119
bentuk atap tumpang pada masjid merupakan hasil akulturasi dalam bidang